Oleh Siti Nur Rosifah
Analis di Transisibersih.org
Transisi energi menjadi isu sentral global dan Indonesia pun tak luput dari perbincangan tersebut. Indonesia digadang-gadang akan melakukan transformasi besar-besaran dari ketergantungan terhadap batu bara menuju energi terbarukan. Namun, bisikan kekhawatiran pun turut menyeruak bersamaan dengan jargon transisi energi ini.
Indonesia kini tengah berhadapan dengan dilema. Di satu sisi, ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara masih tinggi, menopang sebagian besar kebutuhan listrik nasional. Hal ini dibuktikan oleh data CTEI (Coal Transitions and Environmental Performance Review Index) yang dirilis Harvard Kennedy School pada tahun 2022. Indonesia menduduki posisi teratas dari 21 negara dengan skor CTEI agregat 5.76. Berdasarkan data tersebut, batu bara di Indonesia menyumbang hampir sepertiga (33 persen) dari total pasokan energi dan 60 persen dari pembangkitan listrik.
Di sisi lain, dampak polusi udara dan perubahan iklim akibat operasional PLTU mendesak transisi energi bersih. Menurut data Global Energy Monitor, sepanjang 2022 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di seluruh dunia menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2) sekitar 9,88 miliar ton. Angka tersebut baru mencakup emisi dari PLTU yang sudah beroperasi, tanpa menghitung emisi PLTU yang masih dalam tahap konstruksi. Indonesia menempati urutan keenam sebagai negara penghasil emisi PLTU batu bara terbesar (sekitar 5 miliar ton CO2), berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dan polusi udara.
Salah satu solusi yang mengemuka adalah pensiun dini PLTU batu bara, namun keputusan ini pun tak lepas dari berbagai dampak yang perlu dipertimbangkan. Dampak ini tidak hanya terbatas pada sektor energi, tetapi juga ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk membuka informasi secara transparan kepada semua pihak yang terkena dampak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penutupan PLTU batu bara berpotensi menyebabkan hilangnya lapangan pekerjaan dan penurunan pendapatan bagi pihak terkait, seperti perusahaan tambang batu bara, kontraktor, dan pekerja PLTU (termasuk operator, teknisi, dan staf administrasi). Namun, di sisi lain, transisi energi justru membuka peluang penciptaan lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan dan teknologi bersih.
Ketergantungan masyarakat terhadap listrik dari PLTU batu bara perlu dipertimbangkan. Penutupan dini tanpa alternatif yang memadai berpotensi menimbulkan pemadaman dan mengganggu aktivitas ekonomi dan sosial. Penting untuk memastikan ketersediaan sumber energi alternatif yang stabil dan terjangkau sebelum menutup PLTU.
Penutupan PLTU batu bara dapat menurunkan kapasitas pembangkit listrik nasional, berpotensi menyebabkan kekurangan pasokan listrik. Perlu dilakukan perencanaan yang matang dan pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan secara masif untuk menjamin ketahanan energi nasional.
Penutupan PLTU batu bara tentu akan berdampak positif terhadap lingkungan. Polusi udara berkurang, emisi gas rumah kaca menurun, dan kualitas hidup masyarakat meningkat. Namun, perlu diperhatikan pengelolaan limbah PLTU yang tidak terpakai dan dampak terhadap ekosistem sekitarnya.
Pensiun dini PLTU batu bara bukanlah keputusan hitam-putih. Keputusan ini harus diambil dengan mempertimbangkan keseimbangan antara dampak ekonomi, sosial, ketahanan energi, dan lingkungan.
Transisi energi terencana, program jaminan sosial, investasi teknologi bersih, dan partisipasi masyarakat merupakan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam hal ini. Pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan harus dikebut untuk menggantikan peran PLTU batu bara secara bertahap. Program pelatihan ulang (reskilling) dan bantuan sosial bagi pekerja PLTU yang terdampak perlu disiapkan untuk meredam dampak sosial. Investasi teknologi bersih untuk PLTU yang masih beroperasi dapat mengurangi emisi dan polusi udara. Masyarakat perlu dilibatkan dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan terkait pensiun dini PLTU batu bara.
Pensiun dini PLTU batu bara bukanlah akhir cerita, melainkan awal dari perjalanan menuju masa depan energi yang bersih dan berkelanjutan.Transparansi dan kepedulian terhadap semua pihak yang terdampak merupakan kunci utama transisi energi yang adil dan berkelanjutan. Dengan perencanaan yang matang, komitmen bersama, dan inovasi teknologi, Indonesia dapat mengatasi tantangan transisi energi dan membangu masa depan yang lebih baik bagi semua.
Mekanisme Pengungkapan Dampak Pensiun Dini PLTU Batu Bara
Pemerintah perlu menyusun studi kelayakan yang komprehensif dan transparan mengenai dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari rencana pensiun dini PLTU. Studi ini harus dipublikasikan secara luas dan mudah diakses oleh masyarakat, termasuk para pemangku kepentingan seperti pekerja PLTU, masyarakat sekitar, dan organisasi non pemerintah. Konten studi kelayakan tersebut setidaknya harus memuat analisis mendalam mengenai dampak positif dan negatif dari pensiun dini PLTU, serta strategi mitigasi untuk meminimalkan dampak negatifnya.
Selain itu, pemerintah juga perlu menyediakan platform konsultasi publik untuk menampung aspirasi dan masukan masyarakat terkait rencana pensiun dini PLTU. Platform ini dapat berupa forum diskusi online, pertemuan publik, atau survei yang melibatkan berbagai pihak terkait. Konsultasi publik ini harus dilakukan secara terbuka dan inklusif dengan memastikan partisipasi aktif dari kelompok-kelompok rentan yang berpotensi terdampak oleh pensiun dini PLTU.
Lebih jauh, portal informasi terpadu yang menyajikan data, analisis, dan rencana mitigasi dampak pensiun dini PLTU batu bara secara real-time juga patut disediakan oleh pemerintah. Portal ini nantinya harus mudah diakses oleh publik dan menyediakan informasi yang komprehensif, akurat, dan terkini mengenai proses transisi energi. Selain itu, portal informasi terpadu juga dapat menjadi platform edukasi bagi masyarakat untuk memahami kompleksitas transisi energi dan peran mereka dalam mendukung prosesnya.
Pelibatan media dan jurnalisme investigatif dalam proses pengungkapan dampak pensiun dini PLTU batu bara juga akan membantu menyebarkan informasi yang akurat dan objektif kepada masyarakat luas. Jurnalisme investigatif dapat mendorong pengungkapan dampak tersembunyi dan potensi penyelewengan dalam proses transisi energi.
Transisi energi yang adil dan berkelanjutan tidak hanya membutuhkan komitmen kuat, tetapi juga keterbukaan informasi. Pengungkapan dampak pensiun dini PLTU batu bara secara komprehensif dan transparan bukanlah sekadar kewajiban, tetapi merupakan investasi sosial dan lingkungan untuk keberhasilan transisi menuju masa depan energi yang lebih bersih dan berkeadilan. Dengan membuka mata dan mengungkap dampak, kita dapat bersama-sama memastikan bahwa langkah demi langkah, Indonesia mengayun ke langit energi yang lebih cerah.